PAMERAN SENI RUPA "AKAR TIMUR"

by 12:23 AM 0 comments
 Jogjakarta – Teman-teman tau kan jika seni itu bisa menembus batas? Ya, selain cakupannya yang banyak, juga penggemarnya tak terhitung jumlahnya. Namun jika kita lebih spesifik lagi nih membahas tentang batasan yang bisa ditembus, karya seni memang tak bisa lho disejajarkan dengan gadget atau barang elektronik jika dilihat dari penafsiran harga. Contohnya nih, suatu barang memang seringkali mahal jika ketersediannya di pasaran susah dicari namun banyak yang membutuhkan. Namun suatu karya seni tidak ditakar dengan cara demikian. Oke, bisa saja sebuah karya seni lukis direpro namun posisinya sudah tidak bisa lagi disejajarkan selayaknya karya seni lukis yang asli. Dia hanya akan menjadi barang pajangan, cetakan pabrik dan benda sejenisnya. Suatu karya seni yang baik hanya ada 1 lho teman-teman.



Kira-kira teman-teman tau ga gimana cara menghargai karya seni? Etika pertama dalam menghargai sebuah karya seni adalah TIDAK MENYENTUH KARYA. Hal ini berlaku dinegara manapun, di galeri manapun. Jadi sekagum-kagumnya kalian terhadap sebuah karya seni lukis jangan disentuh ya. Mending ngobrol langsung sama pelukisnya kan asik tuh.
Senin malam tanggal 17 Maret kemarin bertempat di Taman Budaya Yogtakarta berlangsung sebuah pameran seni rupa berjudul AKAR TIMUR. Para perupa yang berasal dari Jawa Timur ini rame-rame datang ke Jogja hanya untuk mempersembahkan karya serta memperkenalkan karya mereka teman-teman. Pameran malam itu dibuka oleh penampilan musikalisasi puisi oleh Bapak Untung Basuki dan Vika. Bapak Untung Basuki ini sendiri adalah seorang senior dalam jagad seni di Nusantara, seorang seniman multi talenta yang juga masih eksis hingga hari ini.
Beliau adalah anggota dari kelompok Sanggar Bambu yang sudah ada sejak era 1970-an dimana almarhum WS Rendra adalah alumnus yang ikut mengharumkan nama Sanggar Bambu itu. Malam itu dibuka dengan dentingan gitar dari Bapak Untung Basuki yang mengalun serta vocal dari Vika yang lantang yang cukup berkarakter seirama dengan tema puisi-puisi bertema sosial.

Para pengunjung malam itu cukup terhibur dengan penampilan mereka berdua yang cukup memeriahkan suasana.
Waktu berlalu, pintu gedung Taman Budaya dibuka dan para pengunjung memasuki ruangan galeri. Hampir disetiap ruangan tidak ada yang tidak diisi dengan karya lukis. Para seniman tidak menyianyiakan kesempatan dengan mempersembahkan karya terbaik mereka.
Berbagai macam aliran lukisan tersaji dengan menarik mulai dari realis,expresif hingga abstrak.
Menurut mas Wandhi yang merupakan salah satu peserta, AKAR TIMUR tidaklah membatasi seorang seniman dengan aliran tertentu karena AKAR TIMUR menaungi semua aliran. Salah satu dari karya mas Wandhi yang bertema kuda ini ternyata memiliki nilai filosofi lho. Kuda adalah sebuah symbol kekuatan, jika kekuatan itu tidak ditangani dengan baik maka akan tidak terkendali atau malah bisa-bisa menghancurkan. Ada pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh seorang seniman tentu saja dengan bahasa gaya seniman, bahasa itu tentu saja melalui karya. Obrolan santai malam itu member arti lebih karena dengan mengobrol dengan seniman dari luar kota, akan membuka wacana kita terhadap hal-hal diluar sana. Seniman adalah jalan hidup, bukan karena seseorang jago melukis. Setidaknya kalimat itu disepakati oleh rekan-rekan seniman yang malam itu berkumpul seusai acara pembukaan selesai.

Lain dengan mas Wandi, pak Huda menceritakan sisi lain dari Pasuruan yang saat ini masyarakatnya sedang menggemari seni Bantengan. Pak Huda menceritakan bahwa seniman-seniman di daerah itu sebenarnya guyub, sayangnya pemerintah kurang mendukung dan memajukan karya seni lukis didaerahnya.
Di derah Pasuruan sendiri memang sampai saat ini yang sedang digemari adalah seni pertunjukan Jaranan dan Bantengan. Memang setiap daerah memiliki kelebihan serta kekurangannya masing-masing. Mungkin karena tingkat kesulitan ini, teman-teman yang tergabung dalam AKAR TIMUR berusaha sekuat tenaga mengusahakan pameran bersama dan mereka selenggarakan di Jogja.

Karena mereka ingin menembus batas, batasan-batasan atau pengkotak-pengkotakan yang sering diberikan terhadap suatu daerah. Karena mereka meyakini bahwa kualitas karya tidak pernah dibatasi oleh batas teritorial ataupun geografis suatu tempat. Mereka adalah seniman-seniman yang sangat menghargai sebuah proses. Mereka percaya jika seorang seniman yang telah memiliki nama besar telah melewati serangkaian proses yang menjadikannya tangguh dan besar. Saat ini mereka sedang menikmati proses ini, uang bukanlah tujuan mereka melakukan pameran ini, namun memperkenalkan karya mereka hingga ke public luas lah goal utama mereka.

Guyub, saling membantu,low profile, keterbukaan serta mencintai proses adalah ciri dari seorang seniman dan mereka menunjukkan itu. AKAR TIMUR nama itu diambil untuk menunjukkan kebanggaan mereka sebagai orang-orang Jawa Timur disamping juga ingin menunjukkan ciri serta rasa seni dari Indonesia.

Hal itulah yang coba diangkat oleh pak Aboe Jumroh, Pak Aboe ini dulunya adalah pelukis di kawasan Ancol, dalam karya-karyanya pak Aboe ingin mengangkat nilai-nilai atau simbol-simbol Indonesia yang ditunjukkan dengan ornament-ornamen Dayak. Nampaknya perjuangan dari rekan-rekan AKAR TIMUR ini masihlah panjang untuk bisa menunjukkan kepada dunia tentang rasa ataupun warna dari seni yang ingin mereka bagi.
Tetaplah berjuang rekan-rekan AKAR TIMUR , karena masih sangat banyak hal yang bisa kalian angkat untuk kalian jadikan tema dari negeri ini.
acaraapa.com

Pak Lurah

Developer

apa saja selain hidup

0 comments:

Post a Comment