Peran Pemerintah Dan
Masyarakat Atasi Krisis Air Bersih Di Semarang
Oleh : M.F. Hazim
Wilayah kota Semarang yang merupakan
wilayah tropis dan memiliki 2 musim yakni musim kemarau dan musim hujan, kurang
memiliki kesiapan dalam menghadapi adanya dampak dan efek dari pemanasan global
yang telah membuat iklim berubah-ubah dan tidak bisa diprediksi. Semisal saat
musim kemarau, saat ini musim kemarau tidak hanya berlangsung selama 6 bulan
seperti seharusnya, tetapi bisa sampai 9 bulan, bahkan lebih. Karenanya jika sebuah
kota tidak memiliki kesiapan dalam hal infrastruktur dan sistem untuk
penanggulangan maupun penyelesaian masalah tersebut, maka bisa dipastikan kota
tersebut akan menghadapi masalah berupa krisis air bersih.
Dalam tulisan ini, yang saya maksud sebagai
krisis air bersih adalah minimnya
jumlah air bersih yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan di suatu wilayah,
terutama untuk air yang digunakan untuk keperluan masyarakat sehari-hari
(minum, masak, mandi, mencuci dll). Melalui program 100 Resilient Cities Semarang
ini saya ingin memberikan kontribusi kepada kota Semarang agar menjadi kota
yang tangguh dalam menghadapi tantangan fisik, sosial dan ekonomi, dan tidak
hanya tantangan yang diakibatkan oleh perubahan iklim saja, dan saya berharap
bisa membantu mensukseskan program 100 Resilient Cities secara umum.
Sebelum
saya menyampaikan apa saja solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi krisis
air bersih di Semarang, saya akan memaparkan apa saja penyebab-penyebab yang
menjadikan kota Semarang seringkali mengalami krisis air bersih.
Penyebab
krisis air bersih
1.
Kurangnya
kesadaran masyarakat untuk menghemat air
Penyebab sebuah kota
bisa mengalami krisis air bersih salah satunya dikarenakan oleh karakter
kebanyakan masyarakat di kota Semarang yang masih belum memiliki kesadaran dan mindset untuk selalu menerapkan pola
hidup yang hemat dalam penggunaan air sehari-hari. Masyarakat kita saat ini
begitu boros dalam menggunakan air untuk kegiatan sehari-hari, mereka masih
belum memiliki kesadaran bahwa kekeringan yang terjadi selama ini salah satunya
dikarenakan oleh penggunaan air yang boros, sehingga pada musim kemarau
persediaan air tanah sudah sangat menipis.
Di antara sekian banyak
kebiasan buruk dalam penggunaan air oleh masyarakat, salah satu contoh yang
bisa saya berikan adalah seperti penggunaan air yang berlebihan untuk menyiram
taman dan kebun. Untuk mencuci kendaraan. Mengisi bak air kamar mandi hingga
penuh dan meluber, tapi tidak kunjung dimatikan. Saat mandi juga cenderung
menggunakan air secara berlebihan, dan masih banyak lagi perilaku pemborosan
yang tidak perlu. Semua itu merupakan pemborosan air yang seharusnya bisa
dicegah apabila masyarakat memiliki kesadaran akan pentingnya menghemat air
bersih.
2.
Jumlah populasi penduduk
Kota semarang yang termasuk
ke dalam kota metropolitan
terbesar kelima di Indonesia, bisa
mengalami masalah krisis air bersih juga disebabkan karena kota Semarang sebagai kota yang
padat dengan jumlah penduduk
yang mencapai 1.268.292 jiwa tentunya juga akan memiliki tingkat konsumsi air
yang sangat tinggi pula. Tingginya tingkat konsumsi air yang tidak bisa
diimbangi oleh persediaan air, membuat kota ini kerap kali mengalami krisis air
bersih.
Berikut ini saya
paparkan standar kebutuhan air domestik dari Departemen Pemukiman dan Prasarana
Wilayah tahun 2003 dan SNI tahun 2002. Berdasarkan Jenis Kota dan Jumlah
Penduduk.
Jumlah
penduduk
|
Jenis
kota
|
Jumlah
kebutuhan air
(liter/orang/hari)
|
>2.000.000
|
metropolitan
|
>210
|
1.000.000-2.000.000
|
metropolitan
|
150-210
|
Jadi jika jumlah penduduk Semarang berjumlah 1.268.292, maka
kebutuhan air dalam setahun adalah 69.438.987.000 L/Tahun. Dengan penjabaran
rumus seperti ini :
Kebutuhan air penduduk perkotaan = 1.268.292 x 365 x 150 L = 69.438.987.000 L/Tahun.
Dengan kebutuhan air sebanyak itu, maka jika masyarakat tidak
memiliki kesadaran untuk menggunakan air secara bijak dan hemat, maka bukan
tidak mungkin Semarang akan menjadi langganan krisis air bersih setiap tahunnya,
karena tingkat konsumsi yang tinggi ditambah adanya kondisi kemarau yang
semakin tahun semakin parah dan berkepanjangan.
Jika jumlah penggunaan air setiap orang dalam sehari bisa
ditekan hingga di bawah 150 liter/orang/hari. Maka akan memberikan dampak yang
sangat besar bagi ketersediaan air di Semarang dan memungkinkan untuk mencegah
terjadinya krisis air bersih saat kemarau.
3.
Banyaknya
jumlah Industri besar
Di kota semarang sendiri jumlah industri besar dan sedang,
sudah mencapai sekitar 364 buah. Banyaknya jumlah industri di suatu kota akan memberikan
efek yang sangat besar bagi terjadinya krisis air bersih. Hal ini dikarenakan
banyaknya jumlah industri tesebut yang membuang limbahnya langsung ke sungai
tanpa mengolahnya terlebih dahulu. Hal ini mengakibatkan tercemarnya air sungai
dan air tanah sehingga membuat air tidak bisa dikonnsumsi karena sudah
bercampur dengan banyak bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Akibatnya
jumlah air yang ada memang banyak, tapi jumlah air bersih yang bisa dikonsumsi
menjadi sangat sedikit. Hal itulah salah satu yang mengakibatkan adanya krisis
air bersih.
4.
Pencemaran
sungai dan daerah aliran sungai (DAS)
Di jawa tengah sendiri ada sekitar 136 sungai yang tercemar.
Menurut Kabid Penataan dan Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup
(PPKLH), di semarang ada beberapa sungai yang tercemar, di antaranya adalah
sungai Klampok di Pringapus, sungai Sinatah di Ungaran, dan sungai Badhe di
Bawen. Pencemaran sungai merupakan salah satu penyebab utama kelangkaan air bersih. Air sungai yang seharusnya
bisa dimanfaatkan untuk keperluan warga sehari-hari, menjadi sia-sia dan tidak
termanfaatkan dengan baik. Pada dasarnya pencemaran air sungai merupakan kelalaian manusia yang
tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan karena telah membuang limbah
industri dan rumah tangga ke sungai.
Saat ini beberapa Daerah Aliran Sungai di Semarang mengalami
kerusakan sebagai akibat dari perubahan tata guna lahan, banyak Daerah aliran
sungai yang digunakan untuk mendirikan bangunan, sehingga DAS tidak bisa
berfungsi sebagai mana mestinya. Banyaknya jumlah banguna yang didirikan di
daerah aliran sungai juga didorong oleh adanya pertambahan jumlah penduduk yang
semakin tinggi memaksa mereka untuk mendirikan bangunan di sekitar DAS. Dan yang
terakhir adalah kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian lingkungan
DAS. Kerusakan DAS berdampak pada kondisi debit air sungai yang berkurang. Serta
mengakibatkan penurunan cadangan air serta tingginya laju sendimentasi dan
erosi. Dampaknya adalah terjadinya banjir di musim penghujan dan kekeringan di
musim kemarau.
Oleh karena itu kesadaran masyarakat harus lebih di tingkatkan
agar tidak membuang limbah, sampah dan hal-hal yang bersifat merusak lingkungan
di sungai yang dapat menyebabkan krisis air bersih.
5.
Berkurangnya pepohonan di hutan
Salah satu wilayah yang
sering dilanda krisis air bersih di semarang adalah wilayah kota Semarang di bagian atas, Wilayah
tersebut meliputi Kecamatan Mijen, Kecamatan Gunung Papi, Kecamatan Tembalang. Adalah hal yang ironis jika daerah di pegunungan
bisa terjadi krisis air bersih, padahal seharusnya wilayah tersebut menjadi
wilayah yang bisa menyediakan dan menyuplai air bersih bagi penduduk kota
semarang.
Hutan yang terdiri dari jutaan pohon dapat
menyimpan air di dalam akar-akarnya. Namun jika pepohonan sering ditebangi entah
untuk keperluan industri dan sebagainya, maka hal ini akan berdampak pada berkurangnya
jumlah pohon yang bisa menyimpan air secara signifikan pada saat hujan,
sehingga menyebabkan pasokan air tanah menjadi sedikit. Hal ini tentunya
akan memberikan sumbangan yang besar bagi terjadinya krisis air bersih.
6.
Berkurangnya lahan resapan air
Semarang sebagai kota metropolitan pastinya tidak akan pernah
berhenti dalam melakukan pembangunan infrastrukur. Tapi dalam proses pembangunan
yang terus terjadi itu akan memberikan dampak yang sangat besar berupa semakin
sempitnya lahan resapan air. Populasi penduduk yang semakin banyak akan semakin
meningkatkan jumlah kebutuhan akan tempat tinggal. Dan untuk memenuhi kebutuhan
itu, akan mengkibatkan semakin berkurangnya sawah, kebun dan tanah kosong yang
sebelumnya menjadi lahan penyerapan air dan beralih fungsi menjadi tempat
tinggal. Hal ini akan membuat air hujan tidak bisa meresap ke dalam tanah, dan
akhirnya air tanah yang menjadi persediaan dan bisa digunakan saat musim
kemarau menjadi tidak ada.
7.
Tidak meratanya layanan PDAM
Ada beberapa wilayah di semarang yang mengalami
krisis air bersih dikarenakan wilayah mereka tidak tersentuh layanan PDAM. Di kelurahan
jati sari misalnya, ketika sumur-sumur warga sudah mengering, mereka hanya bisa
mengandalkan satu sumber air bersih dari sendang yang dikelola kelurahan. Dan itupun Jatah air bersih
yang bisa mereka dapatkan harus dibatasi karena debit air sendang untuk mengisi
tandon ini kian menyusut drastis. Padahal ketika pelayanan PDAM merata, maka
warga tidak perlu mengalami krisis air bersih.
Penyelesaian masalah
jangka panjang
Penyelesaian masalah yang saya sampaikan
di bawah ini juga bersifat pencegahan, seperti kata orang “mencegah lebih baik
daripada mengobati”. Ada beberapa pencegahan yang saya sarankan, dan saya harap
bisa mencegah adanya krisis air bersih di semarang.
Agar langkah-langkah tersebut bisa
berhasil dan berjalan dengan baik, maka harus didukung oleh seluruh lapisan
masyarakat dan stake holder secara
berkelanjutan dan terus menerus. Dan yang paling penting harus dilakukan sesegera
mungkin agar krisis air bersih di semarang bisa segera diatasi.
1.
Melakukan sosialisasi
Sosialisasi yang saya maksud di sini berupa sosialisasi untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk hemat
air dalam kehidupan sehari-hari. Sosialisasi ini sangat penting untuk
dilakukan, karena ketika masyarakat sudah sadar dan memahami tujuan serta
manfaat melakukan penghemaan air, maka penggunaan air bersih yang berlebihan
bisa berkurang, dengan begitu persediaan air tanah yang bersih bisa terjaga
kapasitasnya. Sehingga ketika masa kemarau tiba, air tanah tersebut bisa
digunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari, sehingga pemerintah
hanya tinggal menyediakan pasokan cadangan apabila kemarau terjadi berkepanjangan
dan benar-benar menimpulkan kekeringan yang parah.
Sosialisasi bisa dilakukan oleh berbaga pihak seperti pemerintah,
organisasi kemasyarakatan, pengurus desa setempat dan masih banyak lagi.
Kegiatan sosialisasi tersebut hendaknya dilakukan setiap tahun, sehingga
masyarakat bisa terus menjaga kebiasan dan kesadaran tersebut dan agar pola
pikir hemat air benar-benar tertanam dalam diri mereka.
2.
Melakukan kontrol kepada industri
Pemerintah perlu melakukan kontrol yang ketat terhadap industri-industribenar
maupun sedang yang ada di semarang. Kontrol yang dilakukan bertujuan untuk
mencegah ulah pelaku industri yang nakal dengan membuang limbah industri ke
sungai tanpa di olah terlebih dahulu.
Kontrol yang dilakukan meliputi,
a.
Melakukan analisa mengenai dampak
lingkungan (AMDAL)
Jika industri tersebut tidak lolos uji AMDAL, maka
sebaiknya tidak memberikan ijin kepada pihak bersangkutan.
b.
Mengkontrol limbah proses pembuangan
limbah
Jika diketahui ada industri yang membuang limbah
secara sembarangan dan terbukti merusak lingkungan, pemerintah kota harus
memberikan sanksi terhadap industri tersebut. dan setelah itu terus melakukan
kontrol yang ketat yang didukung oleh sebuah hukum yang mengikat. Sehingga
apabila ada pihak yang melanggar, bisa dikenai sanksi pidana atau denda.
3.
Menjaga kelestarian sungai dan DAS
Penanggulangan krisis air bersih sangat bergantung kepada kelestarian
sungai dan DAS. Sungai yang bersih dan memiliki daerah aliran sungai yang
memadai akan mampu memberikan ketersediaan air bersih yang melimpah bagi
masyarakat.
Untuk bagaimana cara menjaga kelestarian sungai dan DAS, akan saya bahas di
artikel yang berbeda.
4.
Melakukan reboisasi dan membuat
daerah resapan air
Untuk melakukan reboisasi, usaha yang bisa dilakukan adalah dengan
menggalakkan gerakan seperti one
man one tree. Reboisasi sangat penting untuk
dilakukan, demi mengembalikan kembali kelestarian hutan dan lingkungan, yang
mana dengan reboisasi tersebut semakin banyak pohon yang bisa membantu untuk
menyimpan persediaan air dalam tanah. Selama daur hidupnya pohon mampu
menghasilkan 250 galon air.
Selain itu reboisasi juga berguna untuk mengimbangi antara pertumbuhan
lahan yang digunakan untuk bangunan dengan lahan terbuka yang bisa menyerap dan
menyimpan air, sehingga tetap seimbang.
Dan solusi lain yang tidak kalah penting untuk menjaga ketersediaan air
bersih adalah dengan menyediakan daerah resapan air. Yang bisa berupa taman
atau kebun yang ditanami pepohonan dengan jenis berbagai macam sehingga bisa
menyerap dan menyimpan air.
5.
Melakukan pemerataan layanan PDAM
Pemerataan layanan PDAM juga menjadi sebuah solusi yang bisa memberikan
jawaban untuk mengatasi masalah krisis air bersih. Karena sampai saat ini
banyak wilayah di semaran yang belum merasakan layanan dari PDAM, dan karena
sebagian wilayah tersebut adalah wilayah miskin, maka hendaknya pemkot bisa
memberikan tarif yang lebih murah dan bisa dijangkau oleh masyarakat.
Atau layanan PDAM yang diberikan tidak harus selama satu tahun penuh,
melainkan hanya ketika musim kemarau saja. Yang penting wilayah-wilayah
tersebut sudah dijangkau oleh pipa-pipa PDAM, sehingga ketika kekeringan
benar-benar datang, pemkot bisa mengatasi masalah tersebut dengan cepat dan
wargapun tidak perlu harus menderita berjalan sekian kilo meter untuk mencari
air.
6.
Membuat penampungan air hujan
Secara umum wilayah-wilayah di Indonesia memiliki curah
hujan yang tinggi. Hal ini adalah peluang yang sangat bagus untuk mengatasi
kekeringan di musim kemarau, jika air hujan bisa dikelola dengan baik sehingga
bisa menyimpan cadangan air yang akan sangat berguna saat musim kemarau. Untuk masalah memanfaatkan air hujan,
sebaiknya pemerintah kota semarang banyak belajar pada negara Inggris. Inggris
dengan curah hujan hanya sekitar 700 mm/tahun saja, Inggris tidak pernah
mengalami kekurangan air. Mereka bisa memanfaatkan sebaik mungkin curah hujan
yang rendah itu dengan membangun danau-danau buatan untuk menampung air hujan,
sehingga pada saat musim kemarau datang mereka tetap memiliki cadangan air.
Solusi lain yang bisa dilakukan Pemkot Semarang adalah dengan membangun tempat penampungan air hujan seperti situ, embung, waduk sekala kecil yang dibuat di beberapa wilayah rawan kekeringan. Embung
atau situ tersebut dimaksudkan untuk menampung air, yang bisa digunakan untuk
keperluan warga sehari-hari atau bisa juga untuk pertanian ketika kemarau.
Jika membuat danau-danau buatan terlalu berat dan besar biayanya, maka
pemerintah bisa membangun bak penampungan air hujan di tiap RT. Bak penampungan air hujan bisa dibuat dengan kedalaman 4 meter atau lebih, dengan bak
seukuran tersebut air hujan yang tertampung dapat bertahan selama 3-4 bulan
pemakaian.
Cara lain untuk mencegah seminimal
mungkin air hujan agar tidak terbuang ke laut adalah dengan membuat sumur
resapan air atau lubang resapan biopori. Dengan begitu air hujan bisa terserap sepenuhnya ke dalam
tanah. Selain itu cara tersebut juga bisa memperkecil banjir dengan menyimpan air
di tanah.
Oleh karena itu, kami berinovasi dengan menciptakan “Omitor” (Ocean Windmill
Desalinator). Omitor adalah suatu alat yang dapat merubah air laut menjadi air
bersih. melihat dari banyaknya
perairan yang ada sekaligus untuk mengatasi kurangnya air bersih dibeberapa
daerah di Indonesia. Di samping itu, dengan memanfaatkan potensi Indonesia
sebagai negara maritim dan memanfaatkan tenaga angin sebagai tenaga penggerak.
Omitor diciptakan sebagai suatu alat penghasil
air bersih yang dapat bermanfaat untuk berbagai kalangan masyarakat. Tujuan
dirakitnya Omitor ialah sebagai alat
yang mengubah air laut menjadi air bersih siap pakai, sebagai sumber air yang stabil, serta mengurangi sumber air
tanah yang ikut berdampak pada penurunan lapisan tanah di Indonesia.
8.
Kerja
sama dengan swasta
Dalam mengatasi masalah
krisis air bersih agar bisa lebih cepat diatasi, pemkot semarang bisa melakukan
kerja sama dengan organisasi atau komunitas yang ada di semarang. Baik itu
untuk melakukan penggalangan dana, kerja sama embangunan maupun dalam hal aksi
cepat tanggap ketika terjadi kekeringan.
9.
Sosialisasi perawatan sistem air bersih
Jika sudah dilakukan pembangunan-pembangunan sistem untuk menampung air
bersih. Maka pemerintah harus melakukan sosialisasi kepada warga untuk menerangkan
bagaimana cara merawat dan memperbaiki sistem air bersih yang akan dikelola
sendiri tersebut. sehingga apa yang sudah dibuat dan dibangun bisa bertahan
lama dan berfungsi dengan baik.
makasih kak, sangat membantu
ReplyDelete