Takdir Lubang dan Batang

by 9:09 PM 0 comments
Takdir Lubang dan Batang

Jagat maya ruwet lagi oleh isu LGBT. Kali ini saya
sangat terusik oleh keriuhan legalitas pernikahan
sesama jenis di Amerika itu. Saya bertanya dalam
hati: Apa enaknya menikah atau pacaran sesama
jenis, ya ?
Dari dulu sampai sekarang, saya selalu gagal
paham dengan tujuan pernikahan sesama jenis
ini. Sebagai manusia, apalagi yang sudah akil
baligh, pastilah punya hasrat biologis untuk

grepe-grepean , sampai akhirnya mencapai babak
berhubungan seks. Saya sengaja tidak
menyebutkan cita-cita mulia nan lumrah seperti
membangun keluarga bahagia bagai Keluarga
Cemara hingga memiliki keturunan shalih/
shalihah macam personel JKT48. Bukan apa-apa,
zaman sekarang, di beberapa negara, punya anak
sering tidak terlalu menjadi prioritas.
Keputusan MK Amerika ini tentu saja ditanggapi
beragam oleh aktivis LGBT dalam negeri, dari
artis, pejabat, cendekiawan, jomblo, sampai
golongan sorban yang tukang razia. Baiklah,
lupakan sejenak komentar. Gimanapun, kalau
kata orang Jawa, Seje silit, seje anggit. (Beda
pantat, beda pemikiran).
Jika dirunut, Amerika adalah negara ke-22 yang
mengesahkan pernikahan sesama jenis. Belanda
adalah negara pertama di tahun 2001, lalu disusul
Belgia, dan beberapa negara lain. Otomatis,
mestinya, berita seperti ini sudah tidak perlu
disambut terlalu heboh karena sudah basi. Sama
saja jenisnya seperti debat kambuhan yang
nongol setiap tahun tentang haram-halal
mengucapkan selamat Natal, jumlah rakaat shalat
tarawih, dan sederet hal menye-menye lain.
Yah, tapi ini kan hajatannya Kanjeng Ndoro
Amerika, sesepuh demokrasi bermuka ganda
yang sakti mandraguna. Jelas harus rame!
Seluruh dunia harus tahu dan harus
meramaikan via komentar, tweet , dengan tagar
#Lovewins, perang urat, dan apalah-apalah lain.
Pokoknya yang penting ramai!
Kembali lagi ke pertanyaan sepele tapi mendasar
tadi, Enaknya apa, ya ?
Dari beberapa sumber yang saya baca, ada
beberapa ilmuwan yang pernah melakukan riset
tentang LGBT beserta penyebab-penyebabnya.
Ada yang bilang bahwa itu pengaruh genetik.
Sebut saja sosok Hammer yang meriset kakak
beradik yang gay . Dari riset pertama, Hammer
mengatakan bahwa faktor gen mempengaruhi
seseorang untuk menjadi gay atau tidak, yakni
kromosom Xq28. Tetapi, hasil itu tak lama
terbantahkan oleh percobaannya sendiri enam
tahun kemudian. Hammer berbesar hati untuk
mengakui bahwa dulu dirinya salah. Dari sini
saya jadi tahu bedanya ilmuwan dan koruptor.
Ilmuwan kalau salah ya mengaku salah, tidak
ngeles mati-matian!
Sependek referensi itu, dari sudut pandang orang
sableng kayak saya yang ogah ruwet-ruwet,
masalah LGBT jadi mudah sekali untuk dicerna.
Ayo tunjukin ke saya, ada nggak keluarga yang
anggotanya lesbian/ gay selama 4 generasi
berturut-turut? Atau, ambil sampel sperma
seorang gay untuk dikembangkan dalam rahim
seorang lesbian. Saya yakin, selama lingkungan
anak itu tidak menye-menye ke LGBT, nggak
akan dia jadi penyuka sesama jenis. Maka, saya
simpulkan dengan sableng karena saya ogah yang
ruwet-ruwet, menjadi penyuka sesama jenis
karena gen itu omong kosong!
Lalu begini. Saya punya sebuah fakta yang takkan
terbantahkan lagi. Pada hakikatnya, salah satu
orientasi paling purba berpasangan ialah untuk
memuaskan hasrat seksual. Ya, to ? Kalian yang
di sini mau pakai argumen mulia mengimami
dan diimami waktu shalat, sudahlah nggak usah
ngehek banget gitu. Saya kok nggak pernah
menemukan cerita paling sinetron sekalipun
yang menunjukkan bahwa berhubungan seks itu
tak butuh lubang dan batang; di antara para
gay sekalipun. Di antara kaum lesbian pula. Itu
sudah pasti!
Masih ragu?
Silakan jika Anda kober , cari video bokep dengan
tema lesbian dan gay. Lihat baik-baik, namun
jangan diresapi jika Anda adalah jomblo. Hukum
batang-lubang pasti berlaku. Mutlak! Entah
dalam style apa pun; mau doggy ataupun wedusy .
Jadi ya wajar to bila sampai kapan pun saya (dan
Anda yang sepaham) akan selalu gagal paham,
kenapa sih mas-mas ganteng itu lebih memilih
lubang kloset yang sangat berisiko kena
sesuatu yang benyek berwarna kuning, hijau,
atau apa pun rasanya, ketimbang lubang
alamiah yang semestinya bisa menjadi sarana
ibadah.
Gitu juga sama mbak-mbak wangi yang lebih
memilih dipuaskan jari ataupun dildo yang jelas
tidak akan sehangat batang-nya mas-mas.
Yakin deh, barang apa pun akan lebih yummy
dipergunakan sesuai peruntukan penciptaannya;
barang imitasi tidak akan pernah lezat dibanding
barang ori.
Sudahlah, mengaku saja kalau kalian ini
sebenarnya membutuhkan apa yang sudah
dikodratkan. Tetaplah batang butuh lubang dan
sebaliknya, sehingga kian terang bahwa segala
alasan gen, HAM, dan trauma kekerasan/
pelecehan seksual di masa lalu hanyalah alibi-
alibi untuk mencapai restu khalayak dan
negara.
Sudahlah, nggak usah ngeyel lagi. Lagi pula, mana
bisa kalian lemas barengan dengan senyum
kepuasan di atas ranjang seperti saya?
#eeehhh. (Serius, ini bikin candu!)
Sekali lagi, Mas, Mbak, mbok ya ngaku saja,
kalian ini sebenarnya normal dalam kebutuhan,
tapi menyimpang dalam tindakan. Ibaratnya
begini, pakai sepatu itu ya, harus kiri dan kanan
biar tidak timpang, tidak jatuh, dan tidak sakit.
Jangan memakai yang kanan aja, agar nggak
radikal sok benar atau kiri aja biar nggak selalu
nyinyiran ngehek.
Tetapi yawes kalau masih nggak mau ngikuti
gaya seksual saya. Siapalah pula saya ini kok
punya kuasa melarang-larang sampai mati.
Silakan nyeleneh sendiri aja, jangan menularkan
ke orang lain. Jangan nuntut macam-macam pula.
Kalian tahu sendiri kan, di negara ini makin
banyak orang galak! Mending diam asal selamat.
Jadi hamba LGBT itu hak kalian, tapi ketertiban
dan keteraturan adalah hak publik semua orang.
Mau asu atau mbahne asu ya silakan, tapi jangan
ngerusuhi hak publik asu-asu lainnya.
Sekian dan terima cacian.


Liza Yuvita Sikku















sponsored by
  

 















Pak Lurah

Developer

apa saja selain hidup

0 comments:

Post a Comment