Penyair Buta

by 12:04 AM 0 comments
Sejak pagi aku menulis kelanjutan novelku hingga siang hari. Saat adzan berkumandang siang itu, aku sudah merasa sangat kelelahan, lantas aku tidur di sofa di depan meja kerjaku. Saat aku membuka mata sekitar pukul 3 sore, aku mendapati sebuah paket berwarna cokelat di samping laptopku.
Buku yang kupesan sudah datang. Tumben sekali kurir J*E itu datang siang-siang bukannya pagi seperti biasanya, aku juga tidak tahu siapa yg menaruh paketan buku itu disana, mungkin ibuku, mungkin adikku. Tidurku pasti sangat nyenyak karena tidak menyadari kedatangan kurir yg biasanya berteriak-teriak itu.
Aku membuka paket itu lalu membaca sebuah buku karya Husein Muhammad, tentang kisah para intelektual muslim yang berkarya sampai akhir hayatnya. Saat membeli buku itu aku mendapatkan bonus buku yang berjudul kado terindah untuk ibu hamil. aku tersenyum saat mendapatkannya, entah apa keterhubungan antara buku karya Husein itu dengan buku bonus tersebut. aku pikir memang tidak ada keterhubungannya, barangkali buku tersebut hanya kurang laku, dan daripada hanya memenuhi dan membuat gudang penerbit penuh, akhirnya buku tersebut diberikan sebagai bonus.
Baik, kita kembali kepada buku karya Husein muhammad. Diantara sekian banyak kisah hidup intelektual muslim yang ia tulis, ada seorang tokoh yang sangat mnarik perhatianku. seseorang tertarik kepada sesuatu bisa disebabkan banyak faktor, bisa karena merasa kagum, menyukai sesuatu itu atau karena 1001 faktor lain. nah dalam konteksku ini, aku tertarik kepada salah satu tokoh yg ia tulis karena saat membacanya, dari banyak sudut pandang aku merasa seperti membaca biografiku sendiri.
Ia adalah Abu Al-‘Ala Al Ma’arri
Saya akan meringkas apa yang ditulis Husein dalam bukunya itu.

Abu Al-‘Ala Al Ma’arri adalah Seorang cendekiawan, filsuf, pemikir bebas dan penyair buta yang skeptis. Tapi ia lebi dikenal sebagai penyair kelas atas dan sastrawan besar. Ia tinggal di siria.oleh masyarakat ia dijuluki bapak yang tinggi (mulia). Tapi ia dengan rendah hati mengatakan dalam puisinya
Aku dipanggil yang maha tinggi
Ini tidaklah benar
Yang benar ialah yang rendah
Ia buta sejak usia 3 tahun, karena suatu penyakit. Keadaan itu membuat pikirannya berkembang cepat, ingatannya sangat kuat. Ia mempelajari tafsir, hadis, fikih, dan sejenisnya. namun bakatnya yang besar justru di bidang sastra. Ia amat mengagumi penyair arab terbesar sepanjang sejarah, yaitu Al-Mutanabbi. Ia kemudian menjadi sastarawan besar pada masanya.
Puisi-puisinya mengalir mengalir demikian indah dan tajam, bahkan oleh sebagian pengagumnya dipandang seperti mu’jizat (apa? Fans yang fanatik). namun, hampir semua puisinya mengungkapkan perasaan dan pandangan-pandangannya yang sangat pesimistis dan skeptis dalam memandang kehidupan di dunia ini. ia sangat memahami kondisi sosial, budaya, politik pada zamannya yang kacau, korup, dan kekerasan. Ia sering melancarkan kritik yang tajam dan menohok terhadap para pemimpin agama dan mengkritisi para penguasa. Ia mengecam keras para pemimpin agama yang terus mengeksploitasi dan menindas masyarakat untuk kepentingan sendiri. mereka menjual agama dengan harga murah.
Al maari dikenal percaya pada kekuatan akal. Ia juga mengkritik doktrin agama formalistik dan tekstual yang sering tidak masuk akal dan dinilai membodohi rakyat. dan juga kondisi pemerintahan yang bobrok ia tulis dalm syair-syair yang ditulisnya dalam buku Ilzam Ma La Yulzam
O, betapa dukanya,
Kita telah kehilangan orang-orang saleh
Kita hidup bagai kapas terbang di atas tanah
Irak dan siria sejak lama sepi pemimpin
Siria meletus perang setiap hari
Rakyat di sana terperangkap dalam ketakutan
Rakyat di berbagai negara dipimpin para penguasa
Dengan pikiran setan
Mereka memimpin tanpa akal
Dan kebijakan mereka dipaksakan
Konon begitulah cara mengatur

Al ma’arri adalah orang yag skeptis dan pesimis sepanjang hidupnya. Ia terombang-ambing dalam ketidakpastian dan kecemasan. Ia percaya pada kekuatan akal pikiran di satu saat, tetapi ia tidak berdaya dengan akalnya pada saat yang lain. ia menolak tuhan dengan akalnya sekaligus pasrah kepada keputusan tuhan,. Ia sering ingin pulang (mati), tapi pada saat yang lain, ia ingin tetap hidup. Ma’arri lebih banyak menderita. Dalam puisinya ia mengungkapkan perasaan seperti hidup dalam penjara pada tiga fase dan tanpa harapan keindahan.
Lihatlah, hidupku bagai dalam tiga penjara
Janganlah bertanya mengapa
Mataku tak dapat melihat
Aku selalu berada di dalam rumah
Dan jiwaku terprangkap dalam tubuh yang penuh keburukan

Dan puisinya yang lain
Aku telah merenungkan kehidupan
Aku tak menemukan jalan kehidupan yang menyenangkan
Ayo tinggalkan dunia ini, jika kau tak bahagia
Terimalah ia sedikit atau banyak

Ma’arri adalah seorang darwis, zahid,  dan seorang yang bersahaja. Ia tidak suka kemewahan dan juga seorang vegetarian. Mungkin ia membayangkan penderitaan hewan dan burung ketika harus disembelih.
Dalam Ilzam Ma La Yulzam ia menulis sebagai berikut.
Segala puji bagi tuhan semata
Aku menjadi menerima saja diberi seberapa pun
Aku tak berminat pada makanan
Aku bersaksi kepada tuhan pencipta kehidupan
Shalat bagiku lebih agung daripada intan dan permata

Atas apa yang menimpa hidupnya, ia menyalahkan orang tuanya. Oleh karena itu, sebelum meninggal dunia, ia menulis sebuah puisi dan berwasiat agar puisi ini diletakkan di atas pusaranya kelak.
Ini adalah tindakan jahat ayahku atasku
Dan aku tidak melakukan kejahatan kepada siapapun

Karya-karya Al Ma’arri
Ia menulis cukup banyak buku, terutama dalam bentuk antologi puisi. Yang terkenal antara lain Siqth al-Zindi (percikan api) yang terdiri atas 3000 bait puisi, Luzum Ma La Yalzam (keharusan yang tidak harus) yang berjumla 120 halaman. Rahah al luzum, yang terdiri dari 10.000 bait. Buku ini berisi permenungan2 al ma’arri tentang hidup dan kehidupan sesudah mati dan risalah al gufran (surat pengampunan). Buku yang disebut terakhir kali ini adalah karya sastra filsafat yang sangat terkenal di dunia. Buku ini berkisah tentang kehidupan manusia di surga dan neraka. Karya filsafat ini telah memengaruhi dante alighieri dalam karyanya divine comedy (aku pikir sastrawan muslim memang lebih hebat dari para sastrawan eropa abad permulaan yang diagung-agungkan itu).






sponsored by
  



Pak Lurah

Developer

apa saja selain hidup

0 comments:

Post a Comment