Sejak pagi aku menulis kelanjutan novelku hingga siang hari.
Saat adzan berkumandang siang itu, aku sudah merasa sangat kelelahan, lantas
aku tidur di sofa di depan meja kerjaku. Saat aku membuka mata sekitar pukul 3
sore, aku mendapati sebuah paket berwarna cokelat di samping laptopku.
Buku yang kupesan sudah datang. Tumben sekali kurir J*E itu
datang siang-siang bukannya pagi seperti biasanya, aku juga tidak tahu siapa yg
menaruh paketan buku itu disana, mungkin ibuku, mungkin adikku. Tidurku pasti
sangat nyenyak karena tidak menyadari kedatangan kurir yg biasanya berteriak-teriak
itu.
Aku membuka paket itu lalu membaca sebuah buku karya Husein
Muhammad, tentang kisah para intelektual muslim yang berkarya sampai akhir
hayatnya. Saat membeli buku itu aku mendapatkan bonus buku yang berjudul kado
terindah untuk ibu hamil. aku tersenyum saat mendapatkannya, entah apa
keterhubungan antara buku karya Husein itu dengan buku bonus tersebut. aku
pikir memang tidak ada keterhubungannya, barangkali buku tersebut hanya kurang
laku, dan daripada hanya memenuhi dan membuat gudang penerbit penuh, akhirnya
buku tersebut diberikan sebagai bonus.
Baik, kita kembali kepada buku karya Husein muhammad.
Diantara sekian banyak kisah hidup intelektual muslim yang ia tulis, ada
seorang tokoh yang sangat mnarik perhatianku. seseorang tertarik kepada sesuatu
bisa disebabkan banyak faktor, bisa karena merasa kagum, menyukai sesuatu itu
atau karena 1001 faktor lain. nah dalam konteksku ini, aku tertarik kepada
salah satu tokoh yg ia tulis karena saat membacanya, dari banyak sudut pandang aku
merasa seperti membaca biografiku sendiri.
Ia adalah Abu Al-‘Ala Al Ma’arri
Saya akan meringkas apa yang ditulis Husein dalam bukunya
itu.
Abu Al-‘Ala Al Ma’arri adalah Seorang cendekiawan, filsuf,
pemikir bebas dan penyair buta yang skeptis. Tapi ia lebi dikenal sebagai
penyair kelas atas dan sastrawan besar. Ia tinggal di siria.oleh masyarakat ia
dijuluki bapak yang tinggi (mulia). Tapi ia dengan rendah hati mengatakan dalam
puisinya
Aku dipanggil yang maha tinggi
Ini tidaklah benar
Yang benar ialah yang rendah
Ia buta sejak usia 3 tahun, karena suatu penyakit. Keadaan
itu membuat pikirannya berkembang cepat, ingatannya sangat kuat. Ia mempelajari
tafsir, hadis, fikih, dan sejenisnya. namun bakatnya yang besar justru di
bidang sastra. Ia amat mengagumi penyair arab terbesar sepanjang sejarah, yaitu
Al-Mutanabbi. Ia kemudian menjadi sastarawan besar pada masanya.
Puisi-puisinya mengalir mengalir demikian indah dan tajam,
bahkan oleh sebagian pengagumnya dipandang seperti mu’jizat (apa? Fans yang
fanatik). namun, hampir semua puisinya mengungkapkan perasaan dan
pandangan-pandangannya yang sangat pesimistis dan skeptis dalam memandang
kehidupan di dunia ini. ia sangat memahami kondisi sosial, budaya, politik pada
zamannya yang kacau, korup, dan kekerasan. Ia sering melancarkan kritik yang
tajam dan menohok terhadap para pemimpin agama dan mengkritisi para penguasa.
Ia mengecam keras para pemimpin agama yang terus mengeksploitasi dan menindas
masyarakat untuk kepentingan sendiri. mereka menjual agama dengan harga murah.
Al maari dikenal percaya pada kekuatan akal. Ia juga
mengkritik doktrin agama formalistik dan tekstual yang sering tidak masuk akal
dan dinilai membodohi rakyat. dan juga kondisi pemerintahan yang bobrok ia
tulis dalm syair-syair yang ditulisnya dalam buku Ilzam Ma La Yulzam
O, betapa dukanya,
Kita telah kehilangan orang-orang saleh
Kita hidup bagai kapas terbang di atas tanah
Irak dan siria sejak lama sepi pemimpin
Siria meletus perang setiap hari
Rakyat di sana terperangkap dalam ketakutan
Rakyat di berbagai negara dipimpin para penguasa
Dengan pikiran setan
Mereka memimpin tanpa akal
Dan kebijakan mereka dipaksakan
Konon begitulah cara mengatur
Al ma’arri adalah orang yag skeptis dan pesimis sepanjang
hidupnya. Ia terombang-ambing dalam ketidakpastian dan kecemasan. Ia percaya
pada kekuatan akal pikiran di satu saat, tetapi ia tidak berdaya dengan akalnya
pada saat yang lain. ia menolak tuhan dengan akalnya sekaligus pasrah kepada
keputusan tuhan,. Ia sering ingin pulang (mati), tapi pada saat yang lain, ia
ingin tetap hidup. Ma’arri lebih banyak menderita. Dalam puisinya ia
mengungkapkan perasaan seperti hidup dalam penjara pada tiga fase dan tanpa
harapan keindahan.
Lihatlah, hidupku bagai dalam tiga penjara
Janganlah bertanya mengapa
Mataku tak dapat melihat
Aku selalu berada di dalam rumah
Dan jiwaku terprangkap dalam tubuh yang penuh keburukan
Dan puisinya yang lain
Aku telah merenungkan kehidupan
Aku tak menemukan jalan kehidupan yang menyenangkan
Ayo tinggalkan dunia ini, jika kau tak bahagia
Terimalah ia sedikit atau banyak
Ma’arri adalah seorang darwis, zahid, dan seorang yang bersahaja. Ia tidak suka
kemewahan dan juga seorang vegetarian. Mungkin ia membayangkan penderitaan
hewan dan burung ketika harus disembelih.
Dalam Ilzam Ma La
Yulzam ia menulis sebagai berikut.
Segala puji bagi tuhan semata
Aku menjadi menerima saja diberi seberapa pun
Aku tak berminat pada makanan
Aku bersaksi kepada tuhan pencipta kehidupan
Shalat bagiku lebih agung daripada intan dan permata
Atas apa yang menimpa hidupnya, ia menyalahkan orang tuanya.
Oleh karena itu, sebelum meninggal dunia, ia menulis sebuah puisi dan berwasiat
agar puisi ini diletakkan di atas pusaranya kelak.
Ini adalah tindakan jahat ayahku atasku
Dan aku tidak melakukan kejahatan kepada siapapun
Karya-karya Al Ma’arri
Ia menulis cukup banyak buku, terutama dalam bentuk antologi
puisi. Yang terkenal antara lain Siqth al-Zindi (percikan api) yang terdiri
atas 3000 bait puisi, Luzum Ma La Yalzam (keharusan yang tidak harus) yang
berjumla 120 halaman. Rahah al luzum, yang terdiri dari 10.000 bait. Buku ini
berisi permenungan2 al ma’arri tentang hidup dan kehidupan sesudah mati dan
risalah al gufran (surat pengampunan). Buku yang disebut terakhir kali ini
adalah karya sastra filsafat yang sangat terkenal di dunia. Buku ini berkisah
tentang kehidupan manusia di surga dan neraka. Karya filsafat ini telah
memengaruhi dante alighieri dalam karyanya divine comedy (aku pikir sastrawan
muslim memang lebih hebat dari para sastrawan eropa abad permulaan yang
diagung-agungkan itu).
sponsored by
0 comments:
Post a Comment