Penjual Jamu Itu Ingin Racuni Pembelinya dengan Buku
SIDOARJO - Senin (18/5/15) sekitar pukul 06.00 WIB, Muhammad Fauzi (23) tampak sibuk mengisi jamu ke botol plastik bekas kemasan air mineral. Dibantu istrinya, Imroatul Mufida (28) ia menyusun botol berisi jamu itu ke rak kayu yang sudah terpasang di jok motornya.
Pria yang akrab disapa Fauzi ini sudah lebih dari sepuluh tahun berjualan jamu. Namun, Fauzi tak sekadar berjualan jamu. Pria lulusan SMP ini membagikan ilmu secara gratis lewat buku.
Di rak jamu miliknya, sengaja ia menyisipkan beragam jenis buku. Fauzi sengaja membawa puluhan buku bekas itu, sambil keliling berjualan jamu.
Ia berharap, para pelanggannya bisa membaca buku-buku itu sembari menikmati jamu racikannya.
"Kalau jualan jamu sudah dari sejak kecil. Ibu saya memang berjualan jamu. Tapi kalau keliling jualan jamu sambil bawa buku sekitar 2011," kata Fauzi saat ditemui di rumahnya.
Ayah dua anak ini mengaku, sejak kecil dirinya memang hobi membaca buku. Dan ia ingin menularkan hobi itu ke para pelanggan dan warga yang tinggal di sekitar rumahnya.
Ia berkeinginan besar agar buku sebagai sumber ilmu harus bisa dengan mudah untuk dibaca siapa saja. Fauzi berkeyakinan, banyak masyarakat yang gemar membaca buku, namun tidak semuanya bisa dengan mudah mendapatkannya. Sama seperti dirinya pada waktu masih kecil.
Anak pertama dari sepuluh orang bersaudara ini menceritakan, dirinya dibesarkan dari keluarga miskin. Ayah dan ibunya bercerai saat ia masih kecil.
Selain berjualan jamu, ibunya bekerja menjadi penjual sayuran untuk menghidupinya dan sembilan orang saudaranya. Karena alasan itulah, masa kecilnya tidak sebahagia anak-anak pada umumnya. Ia harus membantu ibunya berjualan jamu.
Karena kondisi keluarganya, ia pun hanya bisa menamatkan pendidikan formal hingga tingkat SMP. Padahal, ia mempunyai keinginan besar bisa melanjutkan sekolah agar mendapat ilmu dan membaca lebih banyak lagi buku pada saat itu.
Pengalaman di masa kecilnya itulah yang membuat dirinya bertekad membuat perpustakaan dan meminjamkannya gratis kepada siapa saja. Termasuk, dengan caranya berjualan buku sambil membawa buku untuk dipinjamkan secara cuma-cuma.
"Saya tidak ingin anak-anak tidak bisa menikmati membaca buku seperti dulu waktu saya masih kecil. Saya ingin sekali membaca buku, tapi orangtua saya tidak mampu," kata Fauzi.
Saat ini dia memiliki perpustakaan di rumahnya, di Jalan Sukorejo RT 9 RW III, Desa Sukorejo, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo. Perpustakaan itu dibangun dari uang hibah dari teman-teman dan sejumlah dermawan.
Perpustakaan Taman Ilmu Masyarakat atau disingkat Perpustim itu dibangun di sebuah gedung bekas poliklinik desa yang sudah sekitar dua tahun tidak terpakai. Fauzi memberanikan diri meminta izin kepada Kepala Desa Sukorejo untuk menggunakan bangunan tersebut sebagai perpustakaan.
Beruntung kepala desa memberinya izin." Dulu ini bekas polindes, tapi sudah dua tahun tidak dipakai. Akhirnya saya minta ke pak kades untuk dipakai sebagai perpustakaan," terangnya.
Fauzi menceritakan, pada awalnya Perpustim hanya berisi beberapa buku-buku bekas miliknya. Buku-buku agama dan buku pelajaran pada saat dia belajar di pondok pesantren. Ia susun buku-buku itu di sebuah rak kayu yang ia bikin sendiri menggunakan kayu bekas.
"Kalau tidak salah waktu itu hanya sekitar 30 buku. Itu pun buku-buku bekas saat saya masih belajar di pondok," jelasnya.
Ia mengaku tidak kuat untuk membeli buku dalam jumlah banyak sekaligus. Maklum, ia harus menghidupi istri dan dua anaknya dari berjualan jamu. Dalam sehari penghasilannya tidak tentu, terkadang Rp 30.00 hingga Rp 50.000.
Untungnya, banyak teman-temannya yang mendukung cita-citanya membangun sebuah perpustakaan kecil di desanya. Ternyata, foto-foto di facebook Fauzi yang menampilkan perpustakaan dan kegiatann yang dilakukannya banyak dilihat temannya.
Beberapa temannya pun memberikan respon positif, dan ikut menyumbangkan buku-buku bekas.Ada juga, yang menyumbangkan sejumlah uang untuk menambah koleksi buku-buku di Perpustim.
"Waktu itu, ada teman saya yang menyumbang Rp 950.000. Saya belikan buku bekas dan cat. Akhirnya bukunya tambah banyak," terangnya.
Mulai sejak itulah ia semakin bersemangat untuk membesarkan perpustakaan dan menambah koleksi buku-buku di dalamnya. Beruntung beberapa tahun kemudian, ada seorang dermawan yang merasa iba setelah membaca tulisannya di kolom Citizen Reporter di Harian Surya yang berisi tentang Perpustim.
"Mulai sekitar 2013 akhirnya banyak yang ingin membantu. Termasuk pak Jimy dari Surabaya yang membantu menyumbangkan buku dan membelikan sejumlah peralatan. Dia tertarik membantu, setelah membaca tulisan saya di koran," terangnya bangga.
Perlahan-lahan koleksi buku di Perpustim yang dikelolanya semakin bertambah. Masih menurut Fauzi, saat ini sudah terdapat sekitar 6000 buku. Di antarnya buku, mengenai kesehatan, tutorial komputer, cara berteranak, berkebun, wirausaha, hukum, novel, cerpen, pelajaran sekolah, dan beragam jenis buku lainnya.
Ia mengatakan, memang tidak semua warga di desanya tertarik untuk datang ke Perpustim dan membaca buku. Meski demikian, hampir setiap hari ada belasan anak-anak yang datang ke Perpustim untuk membaca buku.
"Memang nggak sampai ratusan setiap hari. Nggak perlu banyak, biar sedikit tapi mereka datang ke sini memang serius untuk membaca buku, saya sudah senang," kat pria bertubuh kurus ini.
Sebagian besar pengunjung Perpustim adalah kalangan ibu rumah tangga dan anak-anak. Biasnya ibu-ibu meminjam buku-buku resep atau buku kesehatan. Sedangkan anak-anak lebih banyak meminjam buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan.
Kini, setiap kali ia beerkeliling berjualan jamu ia membawa turut serta buku-buku dari perpustakaanya. Setiap dua minggu sekali dia mengganti buku-buku yang dibawanya. Terkadang, para pelanggan jamunya sengaja memesan buku yang ingin dibaca. Dengan senang hati, Fauzi mencarikannya dan membawanya untuk pelanggannya.
Fauzi mengatakan, setiap Senin hingga Sabtu ia berjualan jamu di depan pabrik PT Multi Prawn Indonesia (MPI). Para pelanggannya adalah karyawan pabrik pengolahan udang yang berada di Desa Karangbong, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo tersebut. Ia biasanya berjualan di depan pabrik mulai pukul 06.30 hingga sekitar pukul 09.00.
Setelah itu ia bergeser pindah ke depan Balai Desa Karangbong. Di tempat itu ia menunggu sejumlah pelanggannya.
Seorang pelanggan jamu Sofi Istiqiah (45) mengaku senang bisa membaca buku gratis. Seminggu sekali, biasanya meminjam satu hingga dua buku. "Ya senang, saya nggak perlu jauh-jauh ke perpustakaan daerah untuk pinjam buku," kata ibu empat anak ini.
Karyawan pabrik yang akrab disapa Sofi ini mengatakan, biasanya selain membeli jamu ia selalu menyempatkan untuk meminjam buku-buku kesehatan. Buku-buku itu, ia baca di rumah, terkadang juga ia baca pada saat jam istirahat di pabrik.
"Kadang di pabrik, kadang dibaca di rumah," terangnya sambil menenteng buku berjudul 'Stroke dan Penanganannya' yang baru ia pinjam.
Fauzi tak hanya menularkan hobi membaca bukunya sambil berkeliling menjajakan jamunya. Namun, dia juga menitipkan buku-bukunya ke sejumlah warung di Desa Karanbong. Ia sengaja meninggalkan beberapa buku diwarung-warung itu agar dibaca para pembeli di warung. Maklum, di Desa itu banyak terdapat kost dan rumah kontrakan tempat para karyawan pabrik tinggal.
"Ada sekitar 10 warung. Saya dibantu teman saya penjual kerupuk untuk mendistribusikan buku-buku ke warung-warung. Dua minggu sekali kami ganti bukunya," katanya.
Dikatakannya, tidak mudah untuk menitipkan buku ke sejumlah warung. Padahal dirinya tidak memungut biaya sama sekali terhadap pemilik warung. Para pemilik warung beralasan, buku-buku tersebut akan memakan tempat di meja, sehingga menganggu para pelanggan warung. Tetapi tidak semua warung menolak.
Hofa (20) seorang pengelola warung di depan pabrik justru senang bila Fauzi menitipkan buku. Sebab, banyak pelanggan di warungnya yang gemar membaca buku. "Ya nggak apa-apa. Tidak menganggu, malah banyak yang senang bisa sarapan dan minum kopi sambil baca-baca buku," katanya
Sementara itu, pada hari Minggu biasanya ia kerap diundang untuk datang ke sejumlah panti asuhan untuk membawa buku-bukunya, atau dalam kegiatan-kegiatan di kecamatan. "Kadang kalau pas ada kegiatan semisal pameran atau festival saya diundang," imbuhnya.
Berkat usaha dan semangatnya, Fauzi beberapa kali mendapatkan penghargaan dan bantuan untuk pengembangan perpustakaan. Satu di antaranya dari sebuah perusahaan sepeda motor yang berbasis di India. Ia dianggap sebagai pemuda yang menginspirasi. Baru-baru ini, ia juga terpilih sepuluh besar mewakili Kabupaten Sidoarjo dalam perlombaan perpustakaan desa tingkat Provinsi Jawa Timur tahun 2015 yang diselenggarkan Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur.
sumber : SURYA.co.id
sponsored by
keren ....bisa kepikiran ide kayak gitu, he....sayang kenapa gak ada foto perpustakaannya jadi kepengen lihat, sukses terus nulisnya...:)
ReplyDeleteada pesan moralnya.....jangan menjadi katak dalam tempurung..... ada banyak orang hebat dan berjasa untuk masyarakat di luar sana -..... jadi jangan mau kalah..hehe (kykx gak nyambung)
Deletememang gak nyambung :D oke sukses nulis nya
Delete