Selama menghadiri acara di jogjakarta, saya menginap di homestay yang
disediakan di rumah budaya tembi. Saat pertama kali memasuki lokasi komplek
home stay ini, saya langsung merasakan atmosfer tradisional yang sangat kental.
Karena memang homestay di tembi ini dikonsep dengan kondisi lingkungan tradisional
untuk menarik minat wisatawan asing yang berkunjung ke jogja. Dan memang hampir
sebagian besar orang yg menginap di sana adalah bule.
Di tempat ini juga disediakan kolam renang yang lumayan wow. Kolam tersebut berada di bagian paling belakang dari kmplek homestay
dan menghadap langsung ke persawahan yang ada di belakangnya. Benar-benar
pengalaman yang langka, kapan lagi bisa main ke kolam renang dengan pemandangan
persawahan yang sangat luas seperti itu. di sidoarjo atau surabaya, tidak ada
kolam renang semacam itu. tapi sayangnya saat itu saya hanya berdiri di kolam
renang itu sebentar saja, karena saat itu ada cewek-cewek bule yang sedang
berjemur dan berenang hanya menggunakan bikini saja. Karena takut tidak bisa
menahan godaan, akhirnya saya mengurungkan niat untuk bermain air. XD XD XD
bagian dalam ruangan, mulai dari perabot, lantai, sampai atap, semuanya adalah benda yg berasal dari kayu dengan ukiran dan ornamen khas jogja. desain kamar tidurnya juga unik, saat bangun tidur, kita juga bisa langsung menghirup udara segar hanya dengan membuka jendela yang ada di atas dan disamping kepala kita, karena ranjangnya menempel dengan tubir jendela
kondisi saat malam hari di tempat ini juga benar-benar menghidupkan nuansa pedesaan yg benar-benar maish asri. dengan suara jangkrik dan kondisi yg benar-benar sepi (tanpa suara kendaraan dsb).
Di hari ke tiga di jogja, saya sempatkan ngopi dan sarapan
di cafe yg ada di komplek home stay itu. sama seperti gaya bangunan dari
homestay, cafe itu juga didominasi oleh kayu dengan desain tradisioanl yang
kental. Di tiap meja cafe ada mainan tradisional yaitu dakon. Di cafe itu juga
menyediakan souvenir khas jogja, seperti kaos, kerajinan tangan, topeng,
lukisan-lukisan dan banyak yg lainnya. Udara sejuk dari persawahan yang
mengelilingi rumah budaya itu berhembus melewati cafe yang terbuka, (di sana
memang banyak cafe-cafe yg didirikan di pinggir-pinggir sawah terutama jika
lokasinya di desa wisata) sayangnya udara bersih itu sedikit tercemar karena di
samping saya ada mbak-mbak yang juga peserta diskusi yang ngerokok. Maklum, karena
saya sendiri perokok pasif (korban), jadi ya pasrah saja. Gak papa, lagi
pula mbaknya juga cantik (lebih bisa membuat melek daripada kopi)...hehe
Di waktu-waktu senggang, saat tidak ada agenda di tembi,
saya sempatkan diri juga untuk jalan-jalan ke ISI (institut seni indonesia)
bersama beberapa teman yg menjadi mahasiswa di sana. kampusnya bagus, dan
nuansa ARTnya begitu kental dengan mahasiswa berambut gondrong dan bersandal
jepit yang menenteng kanvas dan kuas ke mana-mana. Kampusnya juga sejuk karena
banyak pohon-pohon raksasa yang menjulang tinggi dan rindang.
klo anda berpelesir ke jogja, saya sangat rekomendasikan untuk menginap di penginapan di Tembi ini.
BONUS
tempat wudlunya
orkestra jawa
mobil klasik
rumah paris (fenomena aneh di jogja)
keren..kalau bisa penginapannya sekalian di pindah kerumah ris :D
ReplyDelete